Pak Muby, Sahabat dalam Spirit & Pemikiran
Bagai disambar gledek, sekitar jam 14 (24 Mei) sy dapet sms dari bos sy kalo Pak Muby (Prof Mubyarto) berpulang. Langsung saja sms sy forward ke teman2 & sahabat sejawat. Sy tau kalo Pak Muby sakit, tp trus dikasih tau kalo udh membaik kemarin. Sy betul2 merasa sedih dan kehilangan.
Sy masih punya “hutang” pada Pak Muby. Beberapa minggu yang lalu sy ke Yogya trus langsung ke rumah beliau. Saya emang berjanji sebelum jam 8 pagi akan ke rumah. Di rumah ada juga Bu Muby dan Mas Tony. Ah....hangatnya di rumah itu..:) Bu Muby dan Bapak mempersilahkan kalo mau menginap di rumah. Sy memang ingin, tp kebetulan 2 adik sy kuliah di Yogya sehingga perlu sy tengok, lalu sy tolak dengan halus.
Saya lalu makan pagi di rumah itu. Sembari makan kita ngobrol, lalu Pak Muby memperlihatkan tulisannya yang barusan dimuat di KR (koran lokal di Yogya) tentang neo kolonialisme. Pak Muby juga memperlihatkan buku (Rethinking Solidarity in Global Society) yang akan dibahas di acara nanti. Sy buka2 dan perhatikan, penanda stabilo terlihat dari awal hingga akhir buku. Wah…. energi Pak Muby hebat banget, baca buku masih sangat kuat, celoteh saya.
Sy cerita juga, stelah kami dapat buku Confession of An Economic Hit Man (John Perkins) dari Pak Muby, lalu saya dapet rekaman wawancara pengakuan John Perkins di internet. Saya terjemahkan dan ternyata mendapat perhatian yang luar biasa dari berbagai macam milis ataupun orang per orang. Mungkin puluhan ribu orang sudah membaca terjemahan itu, saat ini.
Kami berdua lalu ke UGM, Pak Muby yang nyetir. Dalam perjalanan, kami diskusi. Sy cerita 4 buku baru yang baru sy beli dari Kino, QB dan nitip temen yang kebetulan ke Singapura. Social Science & Power in Indonesia, Kicking Away the Ladder, The End of Poverty (How to Make It Happen in Our Life Time), dan The Commanding Heights (The Battle of the World Economy). Eh… kebetulan semuanya Pak Muby blom punya. Sy ceritakan isinya, Pak Muby tampaknya tertarik banget, trutama yang Social Science & Power in Indonesia (sy cerita trutama tulisannya Alexander Irwan) dan Kicking Away the Ladder. Sy berjanji akan mengirimkan pada Pak Muby (janji ini, sayang blom tergenapi).
Mampir sebentar ke PUSTEP (Pusat Studi Ekonomi Pancasila) lalu kami ke UGM. Wah…sudah banyak yang datang. Suasana yogya yang ramah memang membuat betah. Kebetulan ktemu temen2 lama seperjuangan di yogya. Wah…asik juga. Acara dibuka Rektor UGM.
Pak Muby jadi pembicara sesi kedua. Disamping materinya, terus terang saat itu sy jg kagum dengan kefasihan Pak Muby bicara dengan bahasa Inggris. Pertemuan waktu itu memang konferensi internasional tentang Spirit KAA Bandung 1955, sekaligus peluncuran buku. Pak Muby membahas pemikiran Prof Callaghan yang juga hadir di situ sebagai pembicara.
Sebelumnya Pak Muby mau ikut sampe akhir acara, tp trus beliau bicara kalo nggak bisa ikut sesi terakhir. Beliau merasa kurang enak badan. Saya tidak menyangka, ini bakal menjadi pertemuan terakhir saya dengan Pak Muby.
Prof Mubyarto, seorang yang saya kagumi konsistensi dan ketulusannya dalam memperjuangkan ekonomi rakyat. Seorang yang sangat muda sudah menjadi doktor (27 tahun!), selalu lugas dan akibat kekritisannya pernah disebut “the angry youngman”. Seorang yang hidupnya sederhana dan lurus, serta mempunyai mimpi yang luhur yaitu kesejahteraan rakyat dan dia perjuangkan hingga akhir hidupnya. Sesuatu yang sangat langka saat ini.
Kesibukan sy blingsatan dikejar waktu menyelesaikan revisi laporan jadi tertunda. Dari sore hingga malam sy trus merenung tentang perjuangan, cita-cita dan mimpi. Tentang Pak Muby. Sy jadi ingat kumpulan puisi sy dari JJ Kusni dan sy stel instrumental Kenny G (Auld Lang Syne, versi millennium) berulang-ulang. Kebetulan ada suara dan ucapan terkenal dari Kennedy, Martin Luther King, dll yang dipilih dalam instrumental. Old soldier never die….. ask not what your country can do for you..…. I have a dream…dll.
Pidato yang penuh semangat dari Martin Luther King terus membenam di benak saya..... I have a dream, my four little children one day live in the nation where they will not be judged by the colour of their skin….”Kekuatan mimpi”, sy mendesah, lalu terbenam dalam renungan. Mimpi tentang kesejahteraan Indonesia, yang terus menggelisahkan.
Beberapa petikan sy dari pusi JJ Kusni ini (minta maaf Pak Kusni, susunannya sy bolak-balik), rasanya cocok didedikasikan Pak Muby :
luka dan kehilangan
yang siapapun dari kita kenal perihnya
dengan lengan baju kita usap
meneruskan perjalanan
luka dan kehilangan itu pun tertanda di seluruh tubuh
yang mencoba tak menyerah
cinta adalah pilihan
dan pilihan itu kata yang menterjemahkan mimpi
boleh jadi besok atau lusa kita tersungkur dilanda waktu
kukira siapapun tahu
malam ada ujungnya
sungai ada muaranya
di detik penghabisan kita tetap memacu
mengerahkan tenaga penghabisan
Ketika dalam suasana sedih sy kirim sms ke sahabat baik sy, mengeluh mengapa orang baik kebanyakan dipanggil cepat (sy teringat Sritua Arief & TH Sumartana). Dengan lugas ia bilang; “udah slesai tugasnya di dunia, sekarang tugas loe...” Memang, sy sadar spenuhnya, kami yang muda2 ini yang akan melanjutkan spirit keberpihakan pada ekonomi rakyat, menuju kesejahteraan rakyat Indonesia!!
Akhirnya, selamat jalan Pak Muby. Apa yang Bapak telah perjuangkan, tidak akan sia-sia.
Selasa yang kelabu, 24 Mei ‘05
Setyo Budiantoro
Sy masih punya “hutang” pada Pak Muby. Beberapa minggu yang lalu sy ke Yogya trus langsung ke rumah beliau. Saya emang berjanji sebelum jam 8 pagi akan ke rumah. Di rumah ada juga Bu Muby dan Mas Tony. Ah....hangatnya di rumah itu..:) Bu Muby dan Bapak mempersilahkan kalo mau menginap di rumah. Sy memang ingin, tp kebetulan 2 adik sy kuliah di Yogya sehingga perlu sy tengok, lalu sy tolak dengan halus.
Saya lalu makan pagi di rumah itu. Sembari makan kita ngobrol, lalu Pak Muby memperlihatkan tulisannya yang barusan dimuat di KR (koran lokal di Yogya) tentang neo kolonialisme. Pak Muby juga memperlihatkan buku (Rethinking Solidarity in Global Society) yang akan dibahas di acara nanti. Sy buka2 dan perhatikan, penanda stabilo terlihat dari awal hingga akhir buku. Wah…. energi Pak Muby hebat banget, baca buku masih sangat kuat, celoteh saya.
Sy cerita juga, stelah kami dapat buku Confession of An Economic Hit Man (John Perkins) dari Pak Muby, lalu saya dapet rekaman wawancara pengakuan John Perkins di internet. Saya terjemahkan dan ternyata mendapat perhatian yang luar biasa dari berbagai macam milis ataupun orang per orang. Mungkin puluhan ribu orang sudah membaca terjemahan itu, saat ini.
Kami berdua lalu ke UGM, Pak Muby yang nyetir. Dalam perjalanan, kami diskusi. Sy cerita 4 buku baru yang baru sy beli dari Kino, QB dan nitip temen yang kebetulan ke Singapura. Social Science & Power in Indonesia, Kicking Away the Ladder, The End of Poverty (How to Make It Happen in Our Life Time), dan The Commanding Heights (The Battle of the World Economy). Eh… kebetulan semuanya Pak Muby blom punya. Sy ceritakan isinya, Pak Muby tampaknya tertarik banget, trutama yang Social Science & Power in Indonesia (sy cerita trutama tulisannya Alexander Irwan) dan Kicking Away the Ladder. Sy berjanji akan mengirimkan pada Pak Muby (janji ini, sayang blom tergenapi).
Mampir sebentar ke PUSTEP (Pusat Studi Ekonomi Pancasila) lalu kami ke UGM. Wah…sudah banyak yang datang. Suasana yogya yang ramah memang membuat betah. Kebetulan ktemu temen2 lama seperjuangan di yogya. Wah…asik juga. Acara dibuka Rektor UGM.
Pak Muby jadi pembicara sesi kedua. Disamping materinya, terus terang saat itu sy jg kagum dengan kefasihan Pak Muby bicara dengan bahasa Inggris. Pertemuan waktu itu memang konferensi internasional tentang Spirit KAA Bandung 1955, sekaligus peluncuran buku. Pak Muby membahas pemikiran Prof Callaghan yang juga hadir di situ sebagai pembicara.
Sebelumnya Pak Muby mau ikut sampe akhir acara, tp trus beliau bicara kalo nggak bisa ikut sesi terakhir. Beliau merasa kurang enak badan. Saya tidak menyangka, ini bakal menjadi pertemuan terakhir saya dengan Pak Muby.
Prof Mubyarto, seorang yang saya kagumi konsistensi dan ketulusannya dalam memperjuangkan ekonomi rakyat. Seorang yang sangat muda sudah menjadi doktor (27 tahun!), selalu lugas dan akibat kekritisannya pernah disebut “the angry youngman”. Seorang yang hidupnya sederhana dan lurus, serta mempunyai mimpi yang luhur yaitu kesejahteraan rakyat dan dia perjuangkan hingga akhir hidupnya. Sesuatu yang sangat langka saat ini.
Kesibukan sy blingsatan dikejar waktu menyelesaikan revisi laporan jadi tertunda. Dari sore hingga malam sy trus merenung tentang perjuangan, cita-cita dan mimpi. Tentang Pak Muby. Sy jadi ingat kumpulan puisi sy dari JJ Kusni dan sy stel instrumental Kenny G (Auld Lang Syne, versi millennium) berulang-ulang. Kebetulan ada suara dan ucapan terkenal dari Kennedy, Martin Luther King, dll yang dipilih dalam instrumental. Old soldier never die….. ask not what your country can do for you..…. I have a dream…dll.
Pidato yang penuh semangat dari Martin Luther King terus membenam di benak saya..... I have a dream, my four little children one day live in the nation where they will not be judged by the colour of their skin….”Kekuatan mimpi”, sy mendesah, lalu terbenam dalam renungan. Mimpi tentang kesejahteraan Indonesia, yang terus menggelisahkan.
Beberapa petikan sy dari pusi JJ Kusni ini (minta maaf Pak Kusni, susunannya sy bolak-balik), rasanya cocok didedikasikan Pak Muby :
luka dan kehilangan
yang siapapun dari kita kenal perihnya
dengan lengan baju kita usap
meneruskan perjalanan
luka dan kehilangan itu pun tertanda di seluruh tubuh
yang mencoba tak menyerah
cinta adalah pilihan
dan pilihan itu kata yang menterjemahkan mimpi
boleh jadi besok atau lusa kita tersungkur dilanda waktu
kukira siapapun tahu
malam ada ujungnya
sungai ada muaranya
di detik penghabisan kita tetap memacu
mengerahkan tenaga penghabisan
Ketika dalam suasana sedih sy kirim sms ke sahabat baik sy, mengeluh mengapa orang baik kebanyakan dipanggil cepat (sy teringat Sritua Arief & TH Sumartana). Dengan lugas ia bilang; “udah slesai tugasnya di dunia, sekarang tugas loe...” Memang, sy sadar spenuhnya, kami yang muda2 ini yang akan melanjutkan spirit keberpihakan pada ekonomi rakyat, menuju kesejahteraan rakyat Indonesia!!
Akhirnya, selamat jalan Pak Muby. Apa yang Bapak telah perjuangkan, tidak akan sia-sia.
Selasa yang kelabu, 24 Mei ‘05
Setyo Budiantoro
Comments