Menjadikan Makan Bergizi Gratis Sebagai Marshall Plan Indonesia (2)

Untuk mengatasi krisis pangan di masa kini dan ke depan akibat pemanasan global (global warming) yang beralih menjadi pendidihan global (global boiling), Indonesia perlu memperkenalkan kembali sumber karbohidrat yang lebih tahan terhadap perubahan iklim. 

Beberapa sumber karbohidrat yang tahan kering dan cocok ditanam di Indonesia antara lain singkong, jagung, sorgum, ubi jalar, dan porang. Singkong dan ubi jalar sangat tahan kering dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan sedikit air. Jagung dan sorgum dikenal sangat tahan terhadap kekeringan, sedangkan porang memiliki potensi ekspor dengan produksi tepung glukomanan.

Anak-anak perlu diperkenalkan dengan makanan tahan iklim ini agar tidak terjebak pada ketergantungan beras, yang berisiko besar pada politik karena kekeringan. Diversifikasi tanaman pangan ini akan membantu meningkatkan ketahanan pangan nasional, mengurangi ketergantungan pada impor beras, dan mengembangkan ekonomi daerah. Dengan menu yang menarik dan bervariasi, makanan berbasis komoditas lokal ini juga bisa disukai anak-anak, sekaligus mengembangkan kuliner berbasis komoditas lokal.

Intoleransi Laktosa, Blue Food, dan Inflasi

Perintis antropologi ragawi Indonesia, Prof. Habil Josef Glinka SVD, mengemukakan istilah "empat sehat lima mencret," menggambarkan risiko intoleransi laktosa yang tinggi di Indonesia. Sekitar 68% populasi dunia, terutama ras Asia dan Afrika, mengalami intoleransi laktosa. Di Indonesia, prevalensi malabsorpsi laktosa pada anak usia 12-14 tahun mencapai 73%, menyebabkan gejala seperti perut kembung, nyeri perut, diare, sering buang angin, mual, dan muntah.

Tujuan pemberian susu adalah untuk asupan protein dan kalsium. Sebagai alternatif, telur kaya protein dan bisa menggantikan susu, namun kekurangan kalsium. Indonesia sebagai negara maritim memiliki kekayaan sumber daya laut yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber kalsium alternatif. Blue food, yaitu makanan laut dan produk akuakultur seperti ikan teri, merupakan sumber kalsium dan protein yang sangat baik, mudah ditemukan, dan relatif murah. Namun, per kapita konsumsi ikan di Indonesia masih sangat rendah. Oleh karena itu, perlu mengembangkan kembali budaya maritim, termasuk dalam pola makan yang akan menyerap tenaga kerja di sektor kelautan. Blue food juga memiliki emisi lebih rendah dan efisiensi konversi pakan ikan budidaya menjadi protein lebih baik dibandingkan dengan daging ternak.

Sumber kalsium lain yang murah adalah daun kelor yang karena kandungannya sangat luar biasa disebut super food, bahkan lebih kaya dari susu. Daun kelor tumbuh subur di daerah kering seperti Nusa Tenggara Timur (NTT). Diversifikasi makanan ini juga berarti tidak perlu impor sapi dalam jumlah besar untuk produksi susu, sehingga menghemat anggaran dan devisa negara. Penggunaan daun kelor sebagai suplemen tambahan bisa mengembangkan ekonomi lokal, karena kandungan kalsiumnya yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anak. Pengembangan produk berbasis kelor juga bisa membuka peluang usaha baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal di daerah penghasil kelor.

Cold storage menjadi elemen kunci dalam menjaga kestabilan harga pangan dan mengatasi inflasi. Penyimpanan dingin membantu mempertahankan kesegaran produk pertanian dan perikanan, mengurangi kerugian pasca-panen, mengatasi spekulan dan menstabilkan pasokan sepanjang tahun. Dengan penyimpanan yang baik, produk bisa disimpan lebih lama, sehingga tidak ada lonjakan harga yang drastis saat musim panen usai. Ini sangat penting untuk komoditas yang mudah rusak seperti buah, sayur, dan ikan. Sistem pangan (food system) dalam program makan bergizi gratis juga perlu memasukkan cold storage untuk mengatasi inflasi dan sekaligus menyerap oversupply listrik yang terjadi. Misalnya, di setiap kabupaten atau kota yang strategis disediakan minimal satu cold storage dengan skala besar.

Maggot dan Ekonomi Sirkular

Program makan bergizi gratis dalam skala besar akan menghasilkan tumpukan sampah organik yang signifikan. Pemanfaatan maggot dalam ekonomi sirkular menawarkan solusi inovatif untuk mengelola sampah organik tersebut. Maggot, atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF), mampu menguraikan sampah organik dengan cepat dan efisien, mengubah limbah menjadi sumber protein yang berharga. Sampah organik yang biasanya menjadi masalah lingkungan dapat diolah menjadi pakan maggot, mengurangi volume sampah yang harus dikelola dan memberikan manfaat ekonomi.

Maggot yang dihasilkan dari proses penguraian sampah organik ini dapat digunakan sebagai pakan ternak, seperti ikan, unggas, dan hewan ternak lainnya. Dengan kandungan protein yang tinggi, maggot menjadi alternatif pakan yang lebih murah dan berkelanjutan dibandingkan pakan konvensional. Penggunaan maggot sebagai pakan ternak juga membantu mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor dan menurunkan biaya produksi dalam sektor peternakan.

Dengan menggunakan maggot sebagai pakan, produk ternak seperti ikan, daging, dan telur dapat dihasilkan dengan biaya lebih rendah dan dampak lingkungan yang minimal. Pendekatan ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga meningkatkan efisiensi ekonomi melalui prinsip ekonomi sirkular. Pengembangan industri maggot dapat membuka peluang usaha baru, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung ekonomi lokal, sekaligus memberikan solusi praktis untuk masalah sampah organik.

“Pesta Rakyat” dan Gerakan Sosial

Dalam pertemuan yang dihadiri ratusan aktivis dari berbagai organisasi yang berjejaring dalam Forum Aktivis Nasional (FAN), program makanan bergizi mendapat dukungan penuh dengan syarat bahwa ini harus menjadi "pesta rakyat", serta FAN berkomitmen melakukan pengawasan. Arti “pesta rakyat”, masyarakat atau komunitas lokal harus menjadi penyelenggara utama program makanan bergizi ini, bukan para pemodal besar yang justru akan memperburuk kesenjangan dan membuat masyarakat hanya menjadi penonton.

Pendekatan tersebut artinya menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program. Dengan demikian, program makanan bergizi ini tidak hanya berfungsi sebagai langkah strategis untuk masa depan yang lebih baik, tetapi juga sebagai “gerakan sosial bersama” yang memperkuat ikatan komunitas dan membangun rasa kepemilikan bersama. Melalui kerjasama yang solid antara pemerintah, sektor swasta, filantropi, organisasi kemasyarakatan, perguruan tinggi, komunitas lokal, dan masyarakat luas, program ini dapat berjalan efektif dan berdampak luas.

Program makan bergizi gratis adalah langkah strategis menuju masa depan yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan membangun fondasi kokoh untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Ini memastikan bahwa masyarakat tidak lagi menjadi penonton, tetapi aktor utama dalam perubahan sosial yang signifikan. 

Gerakan sosial akan menciptakan lingkungan yang lebih sehat, berkelanjutan, dan mandiri, di mana setiap orang berkontribusi pada kemajuan bersama. Selain itu, program ini sangat penting untuk mengatasi persoalan kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan, serta memperkuat daya beli masyarakat menengah dan bawah yang kini sedang mengalami pelemahan. Dan inilah inti dari misi besar Marshall Plan Indonesia, untuk berkontribusi besar menuju Indonesia Maju yang cerdas, sejahtera, inklusif dan berkelanjutan.*

Dimuat di Investor Daily, 7 Juni 2024

Comments

Popular posts from this blog

Why Modern Economics Fails Humanity: Insights from Muhammad Yunus

Era Baru Keuangan Berkelanjutan